Rangkuman materi agama kelas IX
Pelajaran 1
Allah Berkehendak Menyelamatkan Semua
Orang
Allah menyapa dan menunjukan kasih-Nya kepada
kita dalam hidup kita sehari-hari. Orang-orang lain menjadi sarana bagi kita
dalam merasakan kebaikan Allah yang menyelamatkanØ
Tindakan para suster pengikut Ibu Teresa yang
melayani orang-orang yang kelaparan, sakit dan dalam situasi menjelang ajal,
kerja keras dokter dan pekerja social yang berusaha mengobati orang-orang sakit
dalam yang mengalami kesuliatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
oerawatan orang tua kita sejak kecil, kepedulian orang yang tidak kita kenal
ketika kita mengalami kecelakaan di tengah jalan menjadi contoh-contok konkret
tanda kasih Allah kepada kita.Ø
Selain Melalui orang-orang yang memperhatikan
kita tanpa memandang latar belakang, suku, agama, (seperti yang dilakukan
Suster Bernarda kepada wanita yang ditolongnya), Allah juga maha luas dan indah
ini memperlihatkan keagungan kasih Tuhan kepada kita.Ø
Dalam Mat 5:43-48 dinyatakan tentang kasih
Allah kepada semua orang. Allah “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan
orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar” (ay.45). Kasih Allah tidak membeda-bedakan. Keselamatan diperuntukkan
bagi semua orang.Ø
Yesus Kristus menjadi tanda kasih Allah yang
teragung. Yesus menjadi puncak kasih Allah bagi manusia. Kehadiran Yesus
Kristus menjadi perwujudan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Yesus
Kristus menjadi tanda kehadiran Allah sendiri dalam usaha-Nya menyelamatkan
manusia. Barangsiapa mengenal Yesus, ia mengenal Allah sendiri. Dalam diri
Yesus “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dan tinggal di dalam dia” (lih.
Kol 1:19). Dalam diri Yesus Allah telah menjadi manusia. Allah berbicara kepada
manusia menurut cara manusia. Kehadiran Yesus menjadi penggenapan rencana
keselamatan Allah bagi manusiaØ
Seperti halnya Yesys menjadi tanda agung kasih
Allah yang menyelamatkan, maka kita pun dapat menjadi sarana bagi keselamatan
orang lain. Kesediaan kita untuk menolong orang lain tanpa pandang bulu,
mengasihi tanpa kecuali dapat menjadi tanda syukur kita akan keselamatan yang
dianugrerahkan Allah pada kitaØ
Pelajaran 2
Beragama
Hampir seluruh penduduk di dun ia mØenganut agama
tertentu. Bagi manusia, agama menjadi bagian hidupnya
Ada
banyak alas an yang membuat manusia beragama , antara lain:Ø
- untuk menemukan rasa aman ketika
menghadapi kesulitan di dalam hidup
- untuk memperoleh arti hidup
- untuk pedoman dalam menetukan tidakan
yang baik.
Kenyataan adanya sebagian besar penduduk dunia
menganut agama tertentu menunjukkan bahwa bagi manusia agama memang bermakna.
Manusia beragama karena ia sealu mempunyai kerinduan untuk menggantungkan
hidupnya kepada Yang Maha Kuasa. Agama justru menjadi sarana bagi manusia
mengenal Tuhan dan membangun hubungan dengan-NyaØ
Di
dalam masyarakat saat sekarang ini, tidak semua umat beragama melaksanakan
tindakan keagamaan dengan alas an yang benar. Banyak hal yang memprihatinkan
yang terjadi di dalam hidup keagamaan. Ada orang menjalankan praktik hidup
keagamaan hanya menekankan hal-hal lahiriah. Baginya, beragama dipandang telah
cukup jia dia mencantumkan identitas agama yang dianutnya di dalam KTP ataupun
menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan layaknya orang-orang lain yang
beragama. Tindakan lain yang menekankn aspek lahiriah juga tapak ketika umat
beragama sekedar menjalankan ajaran agama. Beragama bagi mereka disamakan
dengan ketaatan pada perintah-perintah agama.Ø
Beragama yang benar tidak dapat disamakan
dengan tindakan pergi ke gereja, mesjid, vihara, atau pura secara rutin.
Beragama tidak cukup hanya menjalankan ajaran agama sebatas mengikuti
aturan-aturan dalam agamanya untuk menghindari hukuman (dosa). Dan memperoleh
pahalaØ
Hidup beragama sesungguhnya harus didasarkan
pada dorongan dan dalam untuk mencari kebenaran. Beragama harus dengan motivasi
untuk membangun hubungan yang semakin mendalam dengan Tuhan dan sesamanya.
Beragama yang benar harus menjadikan agama sebagai pedoman hidup yang dihayati dalam
kehidupan sehari-hari.Ø
Manusia menganut agama tertentu untuk mencari
jawaban yangt terakhir tentang makna hidupnya. Menurut Nostra Aetate Art. 1,
manusia mengharapkan diri berbagai agama jawaban terhadap rahasia tersembunyi
di sekitar keadaan hidupnya. Rahasia tersembunyi di dalam hidup telah
menggelisahkan secara mendalam. Manusia bertanya tentang asal dan tujuan
hidupnya, makna kematian, makna sakit dan penderitaan serta berbagai hal lain
yang ingin dipahaminya. Manusia ingin memperoleh kepastian jawaban atas rahasia
kehidupan yang tersembunyi tersebut.Ø
Masih dalam artikel yang sama, Gereja Katolik
berkeyakinan bahwa agama-agama mempunyai tujuan terakhir yang sama, yakni Allah
Dengan agama, manusia tidak berhenti dalam pencarian jawaban atas persoalan
hidupnya yang paling dasariah, tetapi dihantar menuju Allah Melalu agama, Allah
dikenal sebagi Pencipta, penyelenggara, dan Tujuan hidup manusia. Manusia
beragama untuk memperoleh keselamatan sejati dari AllahØ
Beragama yang benar berarti berusaha mengenal
dan menjalani hubungan yang akrab dan mendalam dengan Allah. Hidup keagamaan
bukan hanya memperhatikan hal-hal lahiriah, melainkan juga yang batiniah.
Dengan demikian, agama tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dalam mecØari
popularitas, mendapatkan kedudukan, dan meraih keuntungan.
Pelajaran 3
Beriman
Tuhan senantiasa hadir dan menyapa kita. Tuhan
menghibur, membimbing, dan menguatkan kita, baik dalam suka maupun duka, baik
dalam kepastian maupun keraguan, baik dalam untung maupun malang. Tuhan setia
menyertai manusiaØ
Wahyu Tuhan berupa sapaan, pernyataan, ataupn
tawaran dari tuhan kepada manusia. Hal-hal yang dinyatakan Tuhan antara lain:
Diri-Nya sendiri, yaitu siapa Dia itu dan rencana-Nya untuk menyelamatkan
manusia. Wahyu Tuhan dapat kita ketahui melalui: ciptaan Tuhan sendiri, diri
manusia, peristiwa-pristiwa hidup yang dialami manusia, dan Kitab Suci.
Sedangkan puncak wahyu Tuhan adalah Yesus Kristus sendiri.Ø
Manusia dapat menanggapi wahyu Tuhan dengan
iman. Maka beriman berarti menyerahkan diri secara total kepada kehendak Tuhan.
Bila wahyu Tuhan tidak ditagapi oleh manusia, maka tidak ada artinya.
Sebaliknya, manusia tidak mngkin beriman tanpa pewahyuan Tuhan sendiri.Ø
Menjalani hidup dengan benar merupakan manfaat
dari hidup beriman kepada Tuhan. Manfaat beriman yang lain: tidak was-was atau
khawatir akah hidup yan g sedang dijalanin, dekat dengan Allah, sehingga merasa
bahagia, aman damai, tenang, optimis dalam menatap hidup, dan sebagainya.
Dengan beriman, kita merasakan bahagia, tenang, damai, dan tabah karena adanya
ekyakinan akan pertolongan Allah. Orang beriman yang memiliki hubungan yang
baik dengan Allah akan senantiasa beroleh ekkuatan dan keberanian untuk
menghadapi masalah-masalah hidupnya.Ø
Bagi orang yang menjalani hidup tanpa iman
akan diluputi oleh: rasa takut, gelisah, tidak punya harapan (cepat putus asa),
cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan hidupnya, dan
sebagainyaØ
Hidup beriman yang mendalam oleh Rasul yakobus
disebut sebagai hidup beriman dalam kesatuan antara ibada dan perbuatan. Dalam
yak 1:26 dikatakan : Jiakalu ada seseorang mengaggap dirinya beribadah tetapi
tidak mengekang lidahnya, ia menipu diriya, maka sia-sialah ibadahnya,” Menurut
Rasul yakobus, hubungan dengan Allah yang telah mengasihi kita seharusnya
menjadi nyata dalam kasih kepada sesama.Ø
Hubungan dengan Allah dbangun oleh orang
beriman melalui ibadah, sedangkan hubungan dengan sesame ditampakkan dalam
tindakan nyata Bagi Rasul Yakobus, orang beriman pada akhirnya tidaklah cukup
hanya menjadi pendengar dan penerima firman Allah, melainkan ia harus menjadi
pelaku firman (Yak 1:22). Dari pandangan Rasul Yakobus ini nyatalah bahwa kalau
sesorang beriman maka dia akan berbuat kasih kepada sesamanya (Yak 1:19-22)Ø
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di
Galatia juga menekankan hidup dari iman maenjadi cirri orang yang benar (lih.
Gal 3:11). Menurut St. Paulus sangatlah penting orang hidup dari iman. Orang
yang hidup dari iman akan diberkati (lih. Ga; 3:9) Orang yang hidupnya dari
iman mengalami hubungan yang baru dengan Tuhan.Ø
Bagi Paulus, Abraham menjadi contoh dalam hal
hidup beriman.Ø
Dari pandangan St. Yakobus dan St. Paulus,
menjadi jelas bahwa sangat pentinglah beriman di dalam hidup manusia. Dengan
beriman berarti kita mempercayakan hidup kita kepada Allah.Ø
Pelajaran 4
Beriman Kristiani
Orang beriman Kristiani sejati adalah orang
yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan
bukan sekedar oleh alas an keagamaan yang canderung lahiriah. Seorang yang
beriman Kristiani adalah seorang yang religious, yaitu orang yang selalu
menyadarkan hidupnya pada Kristus dan menyadari bahwa seluruh pristiwa hidupnya
merupakan karya Kristus yang menyelamatkan.Ø
Adapun aspek-aspek hidup beriman Kristiani
yang meliput: pengalaman religious, penyerahan iman, dan pengetahuan iman.Ø
Pengalaman religius sebagai orang Kristiani
adalah pengalaman di mana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah
yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus, dank arena pengalaman itu manusia
sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada Kristus.v
Penyerahan iman adalah jawaban atas Wahyu
Allah yang telah berkarya. Dengan adanya penyerahan iman orang tidak saja
mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi juga mewujudkan tindakan atau
perbuatan sesuai dengan ajaran-Nya. Dalam Mat 7: 21 Yesus bersabda “Bukan
setiap orang yang berseru kepada-ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”v
Pengetahuan Iman Seorang umat Kristiani juga
dituntut terus menerus untuk semakin mampu memertanggungjawabkan imannya, Hal
inilah yang disebut sebagai pengetahuan Iman.v
Umat Kristian yang dihimpun dalam Gereja
Katolik memiliki sejumlah ciri penghayatan hidup beriman yang dipelihara.Ø
Melalui sakramen baptis ia dilahirkan kembai
dalam Tuhan dan dilantik menjadi putra-putra Allahv
Sebagai orang beriman Kristiani ia mengakui
imannya akan Kristus, menerima dan merayakan sakramen-sakramen sebagai sarana
dimana Tuhan ingin menyelamatkan umat-Nya, dalam pimpinan gembala-gembala
Gereja yang dalam hal ini adalah hierarki.v
Di
samping itu sebagai satu persekutuan ia diharapkan bersatu dalam kasih, doa,
pelayanan, dan kesaksian (bdk.Lumen Gentium Art.14)v
Pelajaran 5
Perjuangan Pengembangan Iman
Seperti halnya kesehatan harus diusahakan dan
diperjuangkan, demikian juga perkembangan hidup beriman harus diusahakan dan
diperjuangkan. Iman perlu dikembangan dengan berbagai usaha. Iman yang kuat
akan membuat kita tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Iman yang berkembang
memampukan kita untuk menanggapi kenyataan hidup dengan penuh makna, Dengan
hidup beriman yang mendalam, kita dapat mengarahkan perilaku kita secara besar.Ø
Orang yang imannya berkembang tampak dalam
tutur kata serta tindakan-tindakannya yang semakin berkenan bagi Tuhan dan
banyak orang. Pengalaman doa dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam
memperkembangkan iman telah memotivasi dirinya di dalam berprilaku dan
bertindak.Ø
Penegetahuan iman tidak selalu ada hubungannya
dalam hidup beriman. Orang yang memiliki pengetahuan iman yang luas dan dalam
tetapi jika prilaku dan tutur-katanya tidak menunjugkan kebaikan, maka orang
tersebut dapat dikatakan memiliki “iman yang tidak berkembang”. Pengetahuan
imannya tidak bermakna dan doanya hanya di bibir dan tidak tulus. Orang semacam
ini biasanya berdoa tidak untuk berhubungan dengan Tuhan tetapi hanya
ikut-ikutan atau agar dipuji orang. Doa yang hanya diucapkan di bibir dan tidak
dihayti secara tulus, maka doa tersebut juga tidak memiliki dampak apa-apa
dalam hidupnya.Ø
Faktor penghambat dalam kegiatan pengembangan
iman antara lain:Ø
Kecenderungan bermalas-malasan dan
bersantai-santai ataupun bermain-main melulu;v
Terlalu disibukan oleh banyak kegiatan lain
yang tidak berguna;v
Acara0acara hiburan atau TV yang menyita
seluruh perhatian, sehingga doa bersama, pendalaman iman di lingukungan atau
kegiatan gerejani lainnya diabaikan;v
Sedangkan faktor pendukung dalam kegiatan
pengembangan iman, antara lain:Ø
Keinginan memiliki bekal hidup agar mampu
memecahkan masalah yang dijumpai dalam hidup sehari-hari, bisa hidup lebih
bermutu, mampu berjasa bagi orang lain dan semakin bijak.v
Usaha untuk meneladani tokoh-tokoh dalam Kitab
Suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dan tokoh-tokoh Gereja (orang-orang
kudus Kudus/Santo-Santa). Kita dapat banyak belajar dari para tooh dalam Kitab
Suci ataupun orang-orang kudus (Santo/Santa) untuk berjuang mengembangkan iman.v
Dalam Kitab Suci (2Tim 1:14) terungkap:
“Peliharalah harta yang indah yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh
Kudus yang diam di dalam kita.ӯ
Pelajaran 6
Iman dan Kebersamaan dalam Jemaat
Sifat iman yang personal dan social:Ø
Iman itu pertama-tama merupakan hubungan
pribadi antara manusia dan Allah. Selain bersifat pribadi sebagai tanggapan
pribadi manusia atas tawaran kasih Allah, iman juga bersifat sosail. Iman itu
diungkapakn dan diwujudkan dalam kebersamaan dengan jemaat.Ø
Jadi, pentinglah kita memiliki iman personal
sekaligus iman social. Dengan mengembangkan aspek social iman kita akan semakin
terlibat pada rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dan membuat kita
semakin social. Dengan hanya memiliki iman personal, kita mudah menjadi orang
yang egois.Ø
Agar iman ita selalu berkembang, maka kita
harus berusaha untuk hidup bersama sercara harmonis dengan semua orang dan
dalam jemaat beriman (umat).Ø
Sebagai orang beriman, kita mempunyai tanggung
jawab pribadi untuk mengembangkan iman kita sendiri. Namun, karena perkembangan
iman kita juga diupayakan oleh umat, maka kita mempunyai tanggung jawab pula
untuk ambil bagian dalam mengembangkan iman sesame umat. Kita sebagai pribadi
dapat membantu pengembangan iman orang lai dengan bersedia hadir dalam pertemuan-pertemuan
umat, antara lain berdoa bersama, pendalaman iman, dan terlibat dalam
kegiatan-ketgiatan bersama umat lainnya.Ø
Pelajaran 7
Aku Warga Masyarakat
Istilah “Masyarakat” memiliki arti yang luas.
Menurut ilmu sosiologi, masyarakan adalah keseluruhan yang konkret historis
dari segala hubungan timbale-balik antara manusia dan macam-macam kelompok.
Masyarakat tersusun menurut macam-macam kelompok, organisasi dam anggota dengan
status dan peranan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hidup bermasayrakat
harus diatur secara aktif dan adil. Sebagai mahluk social, manusia membutuhkan
masyarakan demi perkembangannya..Ø
Dalam hidup bermasayarakat, kita mempunyai
berbagai macam hak, antara lain: hak untuk hidup, hak untuk mendapat
perlindungan, hak mendapat rasa aman, hak utuk mendapat nafkah, hak mendapat
kesemaptan untuk berkembang, hak mendapatkan kesempatan untuk berkembang, hak
mendapatkan pebndidikan, dan hak untuk mengeluarkan pendapat. Kita semua
mempunyai hak yang sama dalam hidup bermasayrakat.Ø
Kita
juga mempunyai sejumlah kewajiban, antara lain: menjaga ketertiban umum,
memelihara keamanan, mengupanyakan kesejahteraan, memelihara kebersamaan dan
kerukunan demi keharmonisan hidup bersama.Ø
Hak
dan kewajiban itu berlu dijalankan secara benar dan bertanggung jawab.Ø
Yesus mengharapkan setiap orang menghargai
pemerintah, tetapi tidak melemahkan atau menomorduakan hormat kepada Allah.
“Berikan kepada Kaisar yang menjadi hak kaisar dan berikan kepada Allah ang
menjadi hak Allah. “(Mat 22: 21).Ø
Yesus juga mengajak setiap orang untuk taat
membayar pajak (lih. Mat 12:27)Ø
Semasa hidupnya, Yesus tidak pernah menghaus
rakyat untuk bergerak melawan pemerintah.Ø
Yesus cukup tegas melakukan kritik terhadap
pemimpin bangsa-Nya yang tindakannya tidak tepat.Ø
Pelajaran 8
Para Pemimpin Masyarakat
Pemimpin yang idelah adalah pemimpin yang
memiliki pemikiran cerdas, bertindak biaksana, tidak memihak, mengutamakan
kepentingan umum, Ia berada di tengah-tengah untuk menggerakkan atau memotivasi
anak buahnya dan manakala anak buah bergerak ia juga mampu berda di belakan
untuk mendukung dan member kekuatan kepada anak buahnya. Pemimpin selalu “tut
wuri hanayani”. Ia penuh inisiatif untuk menggerakkan dan mendukung anak
buahnya.Ø
Para pemimpin yang baik menghasilkan
karya-karya mengagumkan karena didukung dengan kerja keras, kedisiplinan, dan
sadar akan peranannya.Ø
Kel
3: 7-10 menceritakan tentang Musa sebagai pemimpin yang harus hadir di depan
bangsanya untuk menampilkan kehadiran Allah yang menyelamatkan.Ø
Pemimpin
sebagai symbol kehadiran Allah tampak juga dalam kisah-kisah Raja Daud. Allah
hadir dalam dirinya sehingga hamper semua peperangan yang dipimpinnya untuk
mengusir musuh bangsanya dimenangkannya, Pada massa pemerintah Daud, rakyat
mengalami kesejahteraan besar dan sampai sekarang pun masa pemerintahnya selalu
dilihat sebagai masa penyertaan Allah.Ø
Pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang
yang rela berkorban demi kepentingan banyak orang. Sebaliknya, pemimpin yang
lari ketika masayarakatnya dalam kesulitan dan membutuhkannya adalah pemimpin
palsu atau pemimpin gadungan, Orang semaam ini tidak layak menjadi pemimpin
masyarakat. Dia hanya ada kalau keadaan menguntungkan dirinya sendiri dan dia
kurang peduli pada kebutuhan anak buahnya/rakyat. Selain itu, pemimpin yang
baik mengenal dan juga dikenal oleh anak buahnya, sehingga ia bisa mengetahui
kebutuhan anak buahnya. Dengan demikianm pemimpin tersebut bisa memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak buahnya/rakyat.Ø
Pemimpin yang baik selalu berusaha untuk
berkenan kepada Allah dalam tindakan-tindakannya. Dia selalu berusaha melakukan
yang menjadi kehendal Allah dan bukan keinginannya sendiri. Karena dia merasa
dikenal oleh Allah, maka dia berani dan tidak ragu-ragu dalam tindakannya
karena yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Ia yakin akan
perlindungan dan dukugnan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan kebutuhan
anak buahnya atau rakyatnya.Ø
Menurut Yesus, pemimpin yang terkemuka adalah
pemimpin Yang menjadi abdi banyak orang, yang melaksanakan hal-hal yang
dibutuhkan atau diharapkan banyak orang. Jadi, ukuran baik dan tidaknya seorang
pemimpin adalah besarnya jasa dan manfaatnya bagi banyak orang atau sejauh mana
pelayanannya dinikmati banyak orang.Ø
Kita, di tempat kita masing-masing, wajib
menghormati, menaati, dan mendukung pemimpin kita yang sah karena pemimpin yang
sah merupakan simbol kehadiran Allah.Ø
Pelajaran 9
Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Kebebasan Kristiani bukanlah kebebasan tanpa
aturan atau kebebasan yang bertentangan dengan sikap bertanggung jawab.
Bertindak semau-maunya, apalagi yang merugikan orang lain atas nama kebebasan”.
Sama dengan menipu diri. Sebab, setiap orang Kristen harus memiliki sikap yang
sportif dan positif terhadap sesama warga masyarakat, memiliki kasih kepada
sesamanya, dan hormat kepada pemimpin yang menjamin ketertiban dalam masyarakatØ
Kebebasan yang bertanggung jawab adalah
kebebasan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan
miat dan bakat masing-masing, dan bukannya kebebasan yang mengakibatkan orang
lain menderita atau terganggu. Kebebasan yang bertanggung jawab dihayati
berdasarkan peran suara hati yang benar. Oleh karena itu, kita perlu membina
hati nurani terus-menerus agar tindakan-tindakan kita senantiasa sesuai dengan
kehedak Allah, bermanfaat bagi sesama dan sekaligus mengembangkan diri kita.Ø
Banyak cara untuk mimbina suara hati, antara
lain: mawas diri, membaca buku-buku rohani, berdoa dan merenungkan Kitab Suci,
bertanya pada orang lain saat mengalami keraguan bertindak dan membiasakan diri
untuk selalu mengikuti bisikan suara hati dan melaksanakannya.Ø
Pelajaran 10
Menjunjung Tinggi Martabat Manusia
Begitu banyak pristiwa di dalam masyarakat
yang menunjukan adanya tindakan tidak menghargai martabat luhur manusia.
Bertindak semena-mena terhadap orang lain, menjadikan orang lain sebagai budak,
menggaji para pegawai/buruh dengan upah yang sangat rendah, pelecehan terhadap
jenis kelamin lain, menganiaya orang lain, dan sebagainya. Itu semua merupakan
contoh-contoh tindakan yang merendahkan martabat luhur manusia.Ø
Kisah para wanita yang mengalami tindak
kekerasa dan penganiayaan sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) hanyalah salah satu
pristiwa di antara begitu banyak pristiwa lain yang menunjukan adanya
perendahan terhadap martabat luhur manusia. Dari berita-berita yang ada, kita
mengetahui bahwa tindakan yang merendahkan martabat luhur manusia membuat
penderitaan yang luar biasa bagi roang yang mengalamai dan keluarganya. Bahkan,
Penderitaan yang dialami itu dirasakannya sepanjang hidup, baik dalam hal fisik
maupun kejiwaanØ
Penyebab tindakan yang merendahkan martabaat
manusia itu antara lain:Ø
Tiadanya penghargaan terhadap hidup;
adanya anggapanbahwa kedudukan orang lain lebih rendah daripada dirinya;
memperlakukan orang lain sebagai objek atau barang orang lain tidak
diperlakukan seperti citra Allah
Zakheus dikenal sebagai pemunguk cukai.
Pekerjaan ini dalam masyarakat Yahdi dipandang sebagai pekerjaan yagn
“basah”tetapi jahat. Pemungut cukai dianggap kolaborator penjajah Romawi yang
suka memeras rakyat. Dengan pekerjaan ini, orang bisa memperoleh kekayaan yang
dapat menjamin kehidupannya setiap hari. Zakheus pun sebagai pemungut cukai
juga dikenal kaya. Namun karena pekerjaanya sebagai pemungut cukai, Zakheus
dipandang sebagai pendosa yang patut dijauhi.Ø
Berbeda dengan masyarakat Yahudi, Yesus justru
menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia. Yesus tidak menolak Zakheus.
Yesus bahkan bersedia menumpangdi rumah Zakheus. Tindakan Yeusus ini membawa
suka cita bagi Zakheus. Penerimaan Yesus yang menghargai Zakheus apa adanya
mendorong Zakheus berbuat kebaikan, seperti ia katakana kepada Yesus: “Tuhan
setengah dari miliku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada
sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan kepadanya.”(ay. 8)Ø
Tindakan Yesus terhadap Zahkeus menjadi contoh
konkret bagaimana seharusnya perlakuan manusia terhadap manusia lai. Sekalipun
dipandang sebagai orang yang rendah, berdosa karena memiliki pekerjaan sebagai
pemungut cukai (pajak), naamun Yesus tetap memperlakukan Zahkeus sebagaimana
mestinya. Zakheus tidak dirindahkan tetapi dihargai martabatnya.Ø
Dari tindakan Yesus dan tindakan orang-orang
yang ikut memperjuangkan keluhuran martabat manusia, kita dapat menemukan bahwa
bagaimana pon juga sebagai citra Allah manusia harus dihargai tanpa kecuali.
Segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manuia sebagai ciptaan Allah
yang luhur. Manusia tidak dapat diperlakukan sebagai objek untuk mencapai
tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Inilah sikap dasar
yang penting untuk pengembangan martabat manusia.Ø
Tidak ada komentar:
Posting Komentar